Selasa, 28 April 2015

Hello My Stranger



Hai.. ini pertama kalinya aku posting mengenai kehidupan merah jambu aku di blog ini.  Maaf bila ceritaku ini kurang oke, maklumi sajalah kalo aku bukan penulis cerita roman yang bisa membuat kalian termehek-mehek.  Aku hanyalah seorang amatir yang ingin mengenang kembali episode-episode dimana aku bisa bertemu dengannya, teman hidupku.. Khamdan Primandaru.

Aku mengenalnya melalui salah satu akun twitter yang mengumpulkan mahasiswa-mahasiswi kehutanan seluruh Indonesia.  Yah, aku memang lumayan tertarik dan sering berinteraksi dengan akun forum tersebut, hingga pada suatu ketika muncul lah notifikasi adanya akun yang mulai memfollow akunku.  Akun tersebut bernama @ndarurice, followers akun kehutanan yang aku ikuti dan dia juga sering aktif di akun forum tersebut.  Beberapa saat setelah aku approve, akun tersebut mulai mengirimi aku message, isinya ya cuma salam perkenalan aja.  Dia memperkenalkan dirinya sebagai mahasiswa Kehutanan UGM, kurang lebih empat tahun di atasku.  Tidak terlalu spesial pada saat itu, karena ya aku pikir cuma pengen nambah temen sesama anak kehutanan aja.  Selain itu kami juga tidak pernah berhubungan lewat message twitter lagi, mungkin hanya lewat beberapa mentionan twitter, itupun sangat jarang.

Kurang lebih setelah sepuluh bulan kemudian, dia kembali mengirimiku message.  Kali ini dia meminta nomer handphoneku.  Setelah aku balas, dia memberitahukan kalau dia baru saja meng-add akun facebookku, selain itu dia juga mengirimi aku ucapan supaya aku berhati-hati saat  berangkat ke Papua lusa.  Bah! iseng kali abang ini, begitu pikirku.  Darimana dia tahu aku akan pergi ke Papua?!  Rupanya dia mengaku kalau dia abis kepo akun twitterku dan sejak itu dia mulai sering mengirimiku sms.

Sebenarnya, aku adalah type orang yang sangat berhati-hati dengan ‘stranger’.  Aku akan berubah menjadi jutek dan atos ketika ada ‘stranger’ yang mulai gencar meng-sms.  Dan biasanya aku hanya membiarkan sms-sms dari mereka sampai mereka bosan sendiri dan akhirnya berhenti.  Hal itu jugalah yang aku lakukan pada si @ndarurice.  Namun pada suatu ketika pandanganku berubah, aku bisa merasakan adanya ketulusan dan kenyamanan pada sms yang dikirimkannya kepadaku, aku pun mulai rutin berkirim kabar dengannya.  Ya, dia menemaniku selama aku PKL di Papua dengan telpon dan sms-smsnya.  Pada awalnya, teman-teman setim PKL ku tidak begitu suka aku berhubungan dengan si stranger ini, teman-temanku yang baik ini khawatir aku akan disakiti oleh orang asing yang aku sendiri belum pernah bertemu dengannya.  Namun kekhawatiran mereka lama-lama luntur karena melihat aku yang begitu happy saat berkomunikasi dengannya.

Hubunganku dengan dia berlanjut sampai aku selesai PKL.  Dibalik kebahagiaanku berkomunikasi dengannya, terkadang juga aku dilanda kebingungan.  Mau sampai kapan hubungan seperti ini berlangsung.  Aku belum pernah bertemu dengannya, aku juga belum begitu mengenal karakter aslinya.  Kondisiku yang saat itu sedang kuliah di Bogor dan dia berada di Jogja sempat membuatku berpikir, ah mungkin bakalan gini gini aja terus.. Hvft!  Namun cara Tuhan memberikanku jalan sungguh ajaib, tanggal 2 Mei 2013 ayahku berpulang ke Rahmatullah dan mengharuskanku untuk segera kembali ke Jogja.  Dengan pikiran campur aduk aku segera mencari tiket yang masih tersedia saat itu juga, dan aku masih beruntung karena masih ada travel walaupun sampainya di Jogja baru keesokan harinya.  Tanggal 3 Mei 2013 kurang lebih pukul 10.00 aku tiba di rumahku.  Kakak-kakakku yang merantau di Kalimantan juga sudah hadir, rasanya aku ingin cepat-cepat turun untuk menemui ibu, kakak dan melihat jenazah ayahku untuk yang terakhir kalinya.  Namun alangkah kagetnya  begitu aku turun dari mobil, aku melihat dia ada di depan rumah sedang memarkir motor.  Padahal aku sama sekali tidak memberitahukan berita lelayu itu kepadanya. Selain itu dulu saat berkenalan, aku hanya memberitahukan kalau rumahku ada di daerah pasar telo, tok, tanpa aku beri tahu nama jalan maupun nomor rumah. Aku yakin aku nggak salah lihat, karena aku pernah mencoba kepoin foto-foto akun fb-nya, dan ternyata memang benar itu dia, dan hari itu jugalah kami ditakdirkan bertemu untuk pertama kalinya...

Semenjak pertemuan itu, aku mulai merasakan rasa nyaman yang makin bertambah dengannya.  Dulu aku sempat khawatir dia berharap banyak kepadaku, lalu pas ketemu malah mak plekenyik zonk.  Maklumlah, sepulang dari lapang adalah saat-saat terminder bagi diriku untuk urusan penampilan.  Tetapi, heiii.. nyatanya dia menerimaku apa adanya, dengan kulit hitam berjerawatku akibat terbakar panasnya terik matahari Papua lengkap dengan bekas gigitan agas dimana-mana.  Aku sungguh bahagia dan bersyukur karenanya.

Selama aku berada di Jogja, aku semakin dekat mengenalnya.  Dan memang, dia lebih lucu dan menyenangkan saat di dunia asli daripada di dunia maya.  Setelah beberapa hari berlalu, tidak terasa aku harus segera kembali ke Bogor untuk menyelesaikan urusan akademik yang masih terbengkalai.  Dan di detik-detik sebelum aku kembali ke Bogor, tanpa adanya  adegan klasik “maukah kamu menjadi pacarku?” seperti di drama-drama nan romantis, aku dan dia pun sepakat untuk memulai belajar bersama menggoreskan cerita kami dalam selembar kertas seperti halnya proses menggambar, yg menghasilkan gambar senyuman yang menjadi karya kita berdua.

Sejak saat itu aku akui aku semakin jatuh cinta kepadanya.  Entah pelet apakah yang dia gunakan, aku rasa itu sangatlah manjur.  Oh bukan, mungkin bukan pelet, namun sifatnyalah yang membuatku jatuh cinta.  Dia adalah orang yang jujur.  Aku jatuh cinta dengan kejujurannya sering ngepoin akun-akunku.  Aku jatuh cinta dengan keberaniannya berterus terang apapun mengenai dirinya.  Dia adalah orang yang penuh kejutan, banyak kejutan darinya yang membuatku bahagia tapi juga pernah membuatku sedih.  Aku jatuh cinta dengan perut buncitnya.  Aku jatuh cinta dengan kerendahan hatinya.  Aku suka melihatnya ngobrol dengan bapak tukang parkir ataupun mas-mas penjual makanan yang ditemuinya.  Aku jatuh cinta saat melihatnya melahap habis masakan yg aku buat untuknya tanpa sisa.  Aku jatuh cinta melihatnya tertawa keras sampai pipinya yang empuk hampir menutupi mata sipitnya.  Aku suka saat dia memintaku menggaruk punggungnya walaupun kadang aku menggerutu.  Aku suka saat dia menggodaku dengan memasukkan jari tanganku ke lubang hidungnya walaupun aku menurutinya dengan ngeri ngeri tapi sayang.  Aku jatuh cinta dengan kelegowoan sifatnya menghadapi aku yang suka marah-marah, manja dan jahil.  Dan begitu banyak hal lainnya yang membuatku jatuh cinta kepadanya.

Aku jatuh cinta dengan pipi gelembungnya :P
Kini hampir dua tahun sudah aku menjalani hubunganku dengannya dan Alhamdulillah pada bulan Januari 2015 kemarin dia dan keluarganya datang ke rumah dan kami sepakat untuk naik tingkat ke jenjang yang lebih serius.  Dan Insya Allah pada tanggal 30 April 2015 besok aku dan dia akan resmi menjadi sepasang suami-istri.  Tulisan ini memang sengaja aku buat untuk menyambut moment terindah itu.  Moment dimana Allah dan Malaikat-malaikatNya menjadi saksi saat dirinya mengikrarkan Mitsaqan Ghaliza dalam sebuah ikatan suci pernikahan.  Di hari itu juga, di bawah kaki langit-Nya aku akan menjadi seorang wanita yang mengemban amanah suci untuk menjadi belahan jiwanya hingga akhir nanti, Insya Allah.

Lalu, hikmah apa yang bisa diambil dari kisahku ini? Kalo menurut aku pribadi, aku bisa memetik pelajaran kalo jangan asal ngomong, nanti kemakan omongan sendiri mengingat dulu aku sering nyinyirin orang-orang yang pacaran lewat dunia maya.  Yaelaaaaah nyari pacar lewat internet, kayak gak ada yang nyata aja dan ternyata mak jegagiknya aku dapet jodoh lewat twitter.  Gak cukup sampai disitu, dulu aku juga pernah nge-prek-in orang yang pacaran LDR. Duileeeeh pacaran kok LDR, buang-buang waktu aja, iya kalo nanti jadi.. dan ternyata dari dua tahun aku pacaran, satu tahunnya aku habiskan dengan LDR Bogor-Jogja *standing applause*.  Nah, selain itu hikmah terpenting dari kisah ini adalah buat kalian-kalian yang masih nylempit jodohnya jangan khawatir, karena skenario Tuhan itu sungguh ajaib dan tak terduga.  Aku sampai sekarang juga masih gak nyangka kalo si abang-abang stranger inilah yang jadi pasangan hidupku.  Dan gak kebayang juga kalo dulu aku gak kasih nomer handphone atau aku masih tetep gak nanggepin dia, apa yang akan terjadi?  Hmm anyway, aku sangat bersyukur dengan garis hidup yang ditakdirkan untukku, aku sangat bersyukur memiliki Khamdan Primandaru sebagai calon suami aku.  Maturnuwun Gusti, semoga keluarga kami menjadi keluarga kecil bahagia yang sakinah mawadah warahmah seperti impian kami.  Aamiin Aamin Ya Rabbal alamin

Semoga kita langgeng selalu sampai kakek-nenek seperti maskot andalan kita ini ^^



I love you, my stranger...